Sabtu, 22 November 2008

Impian yang tertunda

Segala kehidupan berawal dari sebuah impian.
Impian itu yang akan terus membuatmu terpacu untuk melakukan hal yang terbaik dalam hidupmu. Namun tidak selalu impian itu berubah menjadi kenyataan. Pada kenyataanya, manusia hanya bisa berangan2 dan berusaha sekuat tenaga. Namun, keputusan tetap mutlak di tangan Allah yang maha kuasa..

berikut ini adalah pengalaman pribadi dari penulis..


AFS, hampir merubah seluruh kehidupanku.
Dengan mengikuti test untuk mendapatkan beasiswa sekolah di luar negeri, rasanya aq kembali menemukan rasa kepercayaan diri q.
rasa itu semakin tinggi, karena diantara 500an anak yang mengikuti test, aq termasuk 80besar yang bisa masuk finalis chapter. Sebuah kegembiraan yang tak terhingga. Sampai akhirnya, aq lupa akan daratan. Aq menjadi congkak dan over confidence. Akhirnya, Allah memberiku cobaan besar untuk menyadarkan lamunan q yang panjang.

Aku gugur di test pemberkasan nasional. Dan otomatis, segala impian, kenangan dan seluruh harapanku tentang AFS pupus dan menguap begitu saja.....


semoga ini tidak akan terulang untuk kali kedua. amien...


baca lanjutnya......

Selasa, 18 November 2008

Ahmad Izzah di Dunia Baru


Seorang bocah, mungil tampan berumur sekitar lima tahun, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban yang menolak menjadi Morisko itu telah syahid semua. Bocah mungil itu mencucurkan air matanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang ummi yang sudah syahidah. Sang bocah berkata dengan suara parau,
-- Ummi, Ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah Ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa? Ummi, cepat pulang ke rumah, Ummi. Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang Ummi tidak menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya, 'Abi, Abi, Abi. Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin petang bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.
-- Hai, siapa kamu?, teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah.
-- Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi, jawab sang bocah memohon belas kasihan. Tiba-tiba 'plak'!, sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah.
-- Hai bocah, wajahmu bagus, tetapi namamu jelek. Aku benci namamu. Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus. Namamu sekarang Adolf Roberto. Awas!, jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!, ancam laki-laki itu. Sang bocah meringis ketakutan, masih tetap meneteskan air mata. Bocah mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka.

***

Roberto sadar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris:
-- Abi, Abi, Abi. Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Pikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci Al Quran milik ayahnya, yang dahulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia juga ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bahagian pusar.

Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh tua renta yang lemah itu. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut:
-- Abi, aku masih ingat alif, ba, ta, tsa, hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam kulit otaknya. Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya.
-- Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuh Abi, tunjukkan aku pada jalan itu, terdengar suara Roberto memelas.




Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah. Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap.
-- Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu. Setelah selesai berpesan, sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal Kalimah Indah:
-- Asyahadu an la- ila-ha illaLla-h, wa asyahadu anna Muhammadan Rasu-luLla-h. Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al Andalusy berpulang ke RahmatuLla-h menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjihad dibumi yang fana ini.

***

Ahmad Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Kemudian menyeberang Samudra yang gelap dan berkabut, bermukim di Dunia Baru. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agamanya, Islam, sebagai ganti kekejaman dan kemungkaran yang di masa muda telah diperbuatnya. Dekrit kedua Raja Spanyol Carlos V tahun 1543 yang berisikan perintah pengusiran Muslimin keluar dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik, menyebabkan Ahmad Izzah dan seluruh pengikutnya berpindah ke Utara, di mana sebelumnya, yaitu sejak tahun-tahun 700-800 M, telah bermukim kaum Muslimin emigran gelombang pertama Pra-Columbus. Menurut Dr. Barry Fell dari Harvard University bahwa di tempat itu telah bermukim kaum Muslimin, yang telah mendirikan sekolah-sekolah Islam di daerah yang sekarang dikenal dengan Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe dan Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana).

baca lanjutnya......

Sabtu, 08 November 2008

Menolak Jadi Morisko(orang Islam yang murtad ke Katholik Roma)

Suatu sore, ditahun 1525. Penjara terasa hening mencekam, penuh berisi orang-orang yang menolak menjadi Morisko (lihat Seri 627, orang Islam yang beralih agama ke Katholik Roma disebut kelompok Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano). Jendral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan. Setiap pegawai penjara membungkukkan badannya rendah-rendah ketika 'algojo penjara' itu berlalu di hadapan mereka. Karena kalau tidak, sepatu lars milik tuan Roberto itu niscaya akan mendarat di wajah mereka. Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci.
-- Hai, hentikan suara jelekmu! Hentikan! Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakan mata. Namun apa yang terjadi? Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang. Dengan congkaknya ia menyemburkan ludahnya ke wajah renta sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala.

Sungguh ajaib, tak terdengar secuilpun keluh kesakitan. Bibir yang pucat kering milik sang tahanan hanya mengeluarkan kata: -- Rabbiy, wa ana 'abduka. Laa hawla walaa quwwata illaa biLla-h. Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata,
-- Bersabarlah wahai ustadz, insya-Allah tempatmu filjannah.



Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, algojo penjara itu bertambah memuncak amarahnya. Ia memerintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai.
-- Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu! Kau telah membuat aku benci dan geram dengan 'suara-suara' yang seharusnya tak pernah terdengar lagi di sini. Ketahuilah orang tua dungu, bumi Sepanyol ini kini telah berada dalam kekuasaan Gereja Katolik Roma. Sebagai balasannya engkau akan kubunuh. Kecuali, kalau engkau mau minta maaf dan menjadi Morisko. Mendengar 'khutbah' itu orang tua itu mendongakkan kepala, menatap Roberto dengan tatapan tajam dan dingin. Ia lalu berucap:
-- Sungguh, aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah. Bila kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh. Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu lars Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah. Ketika itu dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'buku kecil'. Adolf Roberto bermaksud memungutnya. Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.
-- Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!, bentak Roberto.
-- Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!' ucap sang ustadz dengan tatapan menghina pada Roberto. Tak ada jalan lain, akhirnya sepatu lars Roberto yang berbobot dua kilogram itu menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung.

-- Ah. sepertinya aku pernah mengenal buku ini. Tetapi kapan? Ya, aku pernah mengenal buku ini, suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan 'aneh' dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol.

Akhirnya Roberto duduk disamping sang ustadz yang telah melepas nafas-nafas terakhirnya. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak. Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi [lapangan tempat pembantaian kaum Muslimin dan Yahudi di Andalusia].

Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh perempuam berhijab digantung pada tiang-tiang kayu-sula yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian Muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara. Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dan Yahudi dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang kayu-sula, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib, tidak mau jadi Morisko dan Morrano.

Siapakah dia, Jendral Adolf Roberto? Diminta kesabaran pembaca, wallahualam

baca lanjutnya......

Senin, 06 Oktober 2008

MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN



MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN....
Maafkan Lahir dan Batin.....



dengan seluruh kerendahan hati, dan segenap rasa pasrah dalam hati,
Dihari yang penuh kemenangan ini.,,
marilah kita saling memaafkan segala kesalahan kita, baik yang disengaja maupun tidak disengaja....


Allahu akbar..!!!

baca lanjutnya......

Jumat, 29 Agustus 2008

Resensi Buku Menyingkap FITNAH & TEROR




RESENSI BUKU

Judul : Menyingkap TEROR & FITNAH

Penulis : Hj.Irena Handono

Penerbit : Gerbang Publishing

Tebal : 320 halaman

Harga : Rp.65.000

Cetakan : Agustus 2008


Pandangan bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan kekerasan, disebarkan
dengan peperangan serta agama yang terbelakang melekat kuat pada pikiran orang-
orang barat. Hal ini dikarenakan mereka tidak memahami Islam secara benar.
Sejarah tentang Islam dipenuhi oleh pendapat-pendapat para orientalis yang
tendensius. Pemberitaan terhadap Islam pun penuh dengan propaganda negatif.

"Padahal jika barat memahami Islam langsung dari sumbernya, tidak terpengaruh
oleh segala opini negatif yang ada saat ubu serta jujur terhadap sejarah maka
merekapun akan menyadari bahwa segala prasangka mereka kepada Isllam adalah
salah."(Karen Armstrong)

buku "Menyingkap FITNAH & TEROR" yang ditulis Hj. Irena Handono ini merupakan








karya besar beliau yang kedua setelah bukku ISLAM DIHUJAT yang mencapai best




seller pada pertengahan tahun 2003 hingga 2005. Hanya dalam kurun waktu yang


demikian singkat, buku ISLAM DIHUJAT mampu menembus angka 14 kali naik
cetak.

Kali ini dalam buku "Menyingkap FITNAH & TEROR", Hj. Irena berusaha menggali
kembali sejarah Islam yang terpendam, termasuk mengungkap apa alasan dari
kebencian kaum musyrikin (NASRANI dan YAHUDI) pada Islam hingga Allah
SWT mencantumkan secara khusus dalam Al Quran, surat Al-BAqarah ayat 120
yang merupakan peringatan bagi ummat Islam sepanjang zaman untuk waspada.

Di awal tulisan bab pertama. beliau kutip disana Pidato Paus Urbanus II yang
membakar semangat rakyat masa itu untuk merebut Yerusalem dari tangan
muslim. Kalau kita simak, ternyata apa yang disampaikan Paus Urbanus II memang
sangat provokatif, penuh dengan nada kebencian terhadap muslim dan penuh fitnah.
Sama sekali tidak ada niatan religius. Yang justru ada adalah kalimat.
"Negeri kalian telah padat penduduknya,..... Tak banyak kekayaan di sini, dan
tanahnya jarang membuahkan hasil pangan yang cukup buat
kalian.......Bergegaslah menuju Makam Kudus, rebutlah kembali negeri itu dari
orang-orang jahat, dan jadikan milik kalian."

Lalu Paus Urbanus II memberangkatkan 300.000 agresor salib dengan
semboyan "Deus le Volt" (begitulah perintah Tuhan) menuju Yerusalem.

Rupanya itulah esensi sesungguhnya dari "Perang Suci" yang dikobarkan oleh
Paus Urbanus II. Penguasaan kekayaan atas suatu wilayah. Dan ide ini di kloning
oleh GW.Bush ketika keceplosan mangatakan, "crusade!" sesaat setelah tragedi
911.

Dalam buku ini juga dibahas oleh beliau perang demi perang yang mana Amerika
Serikat terlibat didalamnya, bisa dikatakan hampir dalam semua perang, AS ikut
campur. Yang kemudian diikuti oleh sejumlah kepentingan politik dan penguasaan
sumber alam suatu negara.

Data-data akurat, fakta-fakta yang terabaikan beliau susun kembali secara runtut
dan dipaparkan gamblang, sehingga ketika awal membaca ada kesan buku
ini 'keras'. Namun berikutnya dikupas bagaimana keagungan Islam, bagaimana
slam masa Rasulullah menghadapi FITNAH & TEROR. Dan akhirnya tentang
bagaimana FITNAH & TEROR abad milenium yang sedang kita rasakan saat ini.

Buku ini patut dibaca bagi ummat Islam maupun non Islam, karenga disinilah
sejarah brusaha didudukkan sebagaimana mestinya tanpa di tutup-tutupi oleh opini
yang menyesatkan.

baca lanjutnya......

Kamis, 28 Agustus 2008

Backhand Two Handed (dua tangan)


Pegangan backhand dengan menggunakan two handed (dua tangan) merupakan
grip yang paling banyak dipakai oleh petenis modern saat ini.
Pegangan jenis ini pertama kali diperkenalkan di pertandingan modern oleh Bjorn
Borg pada era 70-an,
kemudian diteruskan oleh Mats Wilander pada era 80-an.





Anda dapat mencobanya dengan menempatkan tangan anda yang dominan di ujung
gagang raket dengan grip kontinental. Posisi tangan anda yang tidak dominan
ditempatkan di atas tangan anda yang dominan dengan jenis pegangan semi-
western.

Dengan memakai grip ini, pemain memiliki tenaga ekstra untuk memukul bola
ayunan yang lebih kompak dan efisien. Anda dapat dengan baik mengatasi bola-
bola rendah dan pengambilan service pun lebih mudah karena ayunannya yang
efisien. Akan tetapi pemain dengan grip jenis ini seringkali kesulitan dalam
mengatasi bola yang melebar karena tumpuan ayunannya adalah menggunakan
kedua bahu.

Beberapa contoh pemain pro yang terkenal menggunakan dua tangan sebagai
pukulan backhand-nya umumnya merupakan tipe pemain baseline, diantaranya
adalah: Andre Agassi, Rafael Nadal, dan Maria Sharapova.

baca lanjutnya......

Sabtu, 23 Agustus 2008

Serve dalam Tennis











dalam tennis, serve adalah modal utama seorang atlit tennes untuk dapat menguasai jalannya permainan. Apabila anda memiliki pukulan serve yang sangat mematikan, maka dapat dipastikan 60% pertandingan tersebut milik anda.

mengingat pantingnya hal tersebut, maka saya menyarankan dalam komposisi latihan rutin, serve bisa lebih diintensifkan lagi. anda bisa menggunakan komposisi 30% serve, 30% stroke belakang, 20% volley, dan 20% untuk smash. komposisi ini tidak bersifat baku. bisa di rubah dan diatur sesuai dengan kelemahan tiap-tiap individu dan kebutuhannya. Contoh, seorang pemain duble, pasti memiliki porsi latihan yang berbeda dengan seorang pemain yang bertipikal single.

Tak ayal, para pamain dunia rata-rata menghabiskan waktu 2 jam/hari hanya untuk melatik kekuatan dan keakuratan serve mereka.

semonga artikel ini bisa berguna untuk para penggemar dan yang menekuni tennis lapangan

baca lanjutnya......

Modified by Blogcrowds.